Bertugas menjadi bintara pembina desa (Babinsa) di kota besar memang bukan perkara mudah. Banyak permasalahan yang harus diselesaikan. Misalnya saja di Kodim 0831/Surabaya Timur.
Seperti yang dilakukan babinsa di Koramil 0831/07 Tenggilis Mejoyo Serma Yatno. Di daerahnya itu ada kelompok bela diri PSHT dan beberapa kelompok pesilat lainnya. Sebenarnya, ia mengakui sejak hadirnya Koramil 0831/07, gesekan antar perguruan silat sudah mulai menurun.
"Biasanya, awal konflik ini kami tidak tahu. Tidak ada yang melapor. Setelah gesekan sudah semakin besar, barulah kami mengetahui. Jadi, tidak sempat diredam. Kami berinisiatif untuk buat satu grup yang isinya pimpinan pesilat ini, " katanya di hadapan tiga juri Harian Disway, Jumat, 5 Mei 2023.
Di tempat yang lain ada Serma Ali Rudiana babinsa di Koramil 0831/04 Sukolilo. Ia mendampingi kelompok petani untuk memanfaatkan lahan pertanian untuk meningkatkan kualitas pertanian.
Meskipun hidup di kota besar, nyatanya masih ada lahan pertanian di wilayah binaannya, yakni Desa Sukolilo Baru, Kecamatan Bulak. Ali menyebut, ada sekitar 60 hektar tanaman padi, 3 hektar perkebunan pisang, 2 hektar yang ditanami sayuran, serta 10 hektar tanaman hortikultura seperti semangka, timun mas dan blewah.
"Kami memanfaatkan lahan milik TNI AL. Ada tambak juga. Itu juga miliknya TNI AL. Tapi dikelolah oleh warga sekitar. Tindakan ini sudah kita lakukan sekitar tiga tahun terakhir, " ucapnya.
Sementara, Serda Ahmad Kholili babinsa di Koramil 0831/Rangkah. Di wilayah tugasnya ia sangat memperhatikan masalah stunting. Walau di kota besar seperti Surabaya, kasus stunting di wilayah binaannya cukup tinggi. Ada tujuh kasus.
"Sekarang sudah berkurang. Tinggal enam orang. Aksi kesehatan ini, sudah kami lakukan sekitar tiga tahun terakhir. Mulai 2020 lalu. Di tempat saya, ada 19 posyandu, " terangnya.
Kemudian ada Sertu Giarto Cahyono yang merehab rumah warga lansia yang tidak mampu. Juga Serda Agus Imam Santoso yang mengajak tokoh agama untuk saling melindungi satu sama lain ketika sedang beribadah. Sertu Darwoko yang berusaha meredam gesekan konflik di daerah binaannya. Sertu Kanthi yang mendampingi warga membuat sirup mangrove.
Sertu Achmad Hadi Wahyono yang berusaha mempertahankan kesenian Hadrah. Sertu Nur Solichin yang melakukan pembinaan agar warga binaannya selalu pintar dan tidak ada yang buta huruf. Kopda Dianto yang mengolah sampah untuk dijadikan bijih plastik.